SUSUNAN UPACARA ADAT PERNIKAHAN
KELUARGA MELAYU SINTANG
URUTAN-URUTAN UPACARA DALAM MELAKSANAKAN PERNIKAHAN
SECARA ADAT
1. ACARA MENYUNSET ( BUKA SUARA )
2. ACARA MEMINANG ( MALAMAR )
3. ACARA MENSURONG ( ANTARAN BARANG-BARANG )
4. ACARA AKAD NIKAH( IJAB KABUL )
5. ACARA BERTANGAS
6. ACARA SENGKELAN ( TEPUNG TAWAR )
7. ACARA BERPACAR ( BERINAI )
8. ACARA PERKAWINAN( HARI BESAR )
9. ACARA MANDI-MANDI
10. ACARA BENAET ( SUJUD KERUMAH ORANG TUA LAKI-LAKI )
PENJELASAN URUTAN-URUTAN ACARA ADAT.
I. MENYUNSET ( BUKA SUARA )
Adapun acara menyunset ini, dilakukan dari pihak laki-laki yang ingin melamar kepada seorang perempuan yang diingininya, maka dari pihak laki-laki tersebut memberi utusan datang kerumah pihak perempuan untuk menanyakan kepada orang tua perempuan yang dimaksud, apakah anak gadisnya yang bernama si. A. itu sudah mempunyai ikatan kepada laki-laki yang lain, jika gadis yang dimaksud belum mempunyai ikatan kepada laki-laki lain, maka gadis yang dimaksud tadi akan dilanjutkan nanti dengan acara dilamar ( dipinang ), setelah mendapat berita diterima atau tidaknya dari pihak perempuan.
Dalam hal menyunset ( buka suara ) ini dari pihak laki-laki tidak ada membawa tanda barang berupa apapun, acara ini juga biasa disebut acara membuka suara.
II. MEMINANG ( MELAMAR )
Dalam melaksanakan acara meminang ini barulah dari pihak laki-laki membawa / memberikan berupa tanda ikatan seperti :
1. Uang sebesar Rp. 10.000,- ( sepuluh ribu rupiah ) sesuai sekarang.
2. a. satu helai kain panjang
b. satu helai bahan kebaya
c. satu helai selendang.
Setelah diadakan acara meminang dari pihak laki-laki, maka telah resmi terjalin masa ikatan pertunangan dari kedua remaja tersebut.
Didalam menjalankan masa pertunangan tersebut, dari kedua belah pihak baik yang laki-laki maupun yang perempuan selalu dapat membatasi pergaulannya sehari-hari, seperti yang laki-laki semoga dapat membatasi pergaulannya kepada teman-teman yang wanitadan begitu juga sebaliknya kepada yang wanita. Sangsinya didalam masa pertunangan ini adalah andaikata salah satu dari keduanya membatalkan ikatan pertunangan tersebut :
a. Jika dari pihak laki-laki yang membatalkan pertunangan ini, maka barang-barang sebagai ikatan yang telah diserahkan untuk meminang kepada pihak perempuan tidak dapat diambil kembali ( dengan istilah hilang percuma ).
b. Jika dari pihak perempuan yang membatalkan ikatan pertunangan tersebut, maka barang-barang yang diberikan sebagai ikatan pertunangan tersebut harus dikembalikan dengan 2 (dua) kali lipat kepada pihak laki-laki. Itulah adat pertunangan yang hingga sekarang masih berlaku pada kaum bangsawan di Sintang.
III. MENSURONG ( ANTARAN BARANG )
Yang dinamakan mensurong ( antaran barang ) ini adalah merupakan awal dari pelaksanaan perkawinan, karena hal ini harus dilaksanakan dari pihak laki-laki, karena barang-barang ini adalah merupakan bantuan serta perlengkapan bagi calon mempelai perempuan dari pihak calon mempelai laki-laki untuk menghadapi hari perkawinan ( hari besar ).
Adapun perlengkapan barang-barang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uang adat
2. Uang antaran
3. Tempayan kapat
4. Dinding padong
5. Pesalin untuk 2 (dua) orang tua laki-laki dan perempuan.
6. Langkah batang
7. Perlengkapan barang-barang klontong
8. Belanja purih.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. UANG ADAT.
a. Rp. 550 ,- ( lima ratus lima puluh rupiah ) bagi keturunan lurus bangsawan.
b. Rp. 500 ,- ( Lima ratus rupiah ) bagi keturunan bangsawan biasa.
2. UANG ANTARAN
Uang antaran ini menyesuaikan dengan keadaan sekarang, disertai juga satu ekor sapi dan beras, dan bahan pakaian untuk mempelai perempuan.
a. 2 (dua) helai kain panjang
b. 2 (dua) helai kain ?bahan kebaya
c. 2 (dua) helai selendang
Ini adalah adat surungan kepada kaum bangsawan.
3. TEMPAYAN KAPAT
Ini adalah satu buah tempayan yang diisi dengan beras, adapun hal ini adalah merupakan suatu adat, dengan kata lain beribarat sebagai bekal hidup untuk berumah tangga bagi kedua mempelai tersebut serta melambangkan seperti beras inilah putih bersihnya cinta keduanya serta selalu hidup rukun dan damai, dan yang dinamakan tempayan kapat ini dalah sebagai wadah penampungan rezeki kehidupan mereka untuk mengarungi kehidupan berumah tangga.
4. DINDING PADONG
Bahan-bahan ini adalah perlengkapan surungan seperti :
a. Kain untuk kelambu …….. meter
b. Kain untuk dinding …….. meter
Yang harus disediakan, karena barang-barang ini kegunaan untuk kedua mempelai terbut.
5. PESALIN ORANG TUA LAKI-LAKI dan PEREMPUAN
a. Untuk orang tua laki-laki = satu helai kain sarung, satu helai baju telok belanga
dan satu buah kopiah.
b. Untuk orang tua perempuan = satu helai kain panjang, satu helai bahan kebaya dan
satu satu helai selendang.
6. LANGKAH BATANG
Yang dimaksud dengan langkah batang ini, apabila calon mempelai perempuan ada mempunyai kakak perempuan yang belum bersuami, maka oleh calon mempelai laki-laki memberikan pesalin serupa dengan pesalin orang tua perempuan.
7. BAHAN KELONTONG
Yang dimaksud dengan bahan-bahan tersebut adalah perlengkapan surungan yang merupakan barang-barang untuk keperluan mempelai perempuan serta untuk kedua mempelai tersebut seperti : seprai, selimut, tempat tidur, almari, dan lain sebagainya, dan tak lupa pula sirih dan pinang serta air serban.
8. BELANGA PURIH
Ini adalah adat dari kaum bangsawan di Sintang jika terjadi seorang laki-laki bukan turunan bangsawan kawin dengan seorang perempuan keturunan bangsawan, maka laki-laki tersebut harus membayar adat sopan santunderajat yang dinamakan belanga purih, setiap satu real = Rp. 20.000,- ( dua puluh ribu rupiah ), jelasnya uang adat belanja purih ini akan dibagikan kepada sanak saudara yang dekat dari pihak perempuan untuk merestui serta pengesahan adat tersebut yang nantinya anak-anak turunan keduanya dapat menyandang gelar bangsawan / marga.
IV. AKAD NIKAH ( IJAB KABUL )
Didalam pelaksanaan akad nikah ini, kebiasaannya apabila melaksanakan mensurong ( antaran barang-barang ), dilaksanakan pada siang hari, maka akad nikahnya dilaksanakan pada malam harinya, tapi pada waktu sekarang lebih dipermudah dan dipersingkat, apabila pelaksanaan antaran barang-barang dilaksanakan baik malam ataupun siang harinya, sekaligus langsung pelaksanaan akad nikahnya.
Untuk acara perlengkapan akad nikah ini juga memerlukan perlengkapan sbb :
a. satu helai tikar bersegi empat yang dilapisi kain warna kuning yang keempat sudut-sudutnya diberi hiasan sulaman.
b. Piring nasi ketan (pulut) yang diberi warna kuning dan ditabur dengan inti
kelapa yang telah diparut dan diwarnai/dicampu dengan gula merah) dandihiasi
dengan telur yang dinamakan nasi adab.
c. Perangkat tempat sirih dan tempat ludah
d. Tempat air minum.
Kesemua perlengkapan ini disediakan oleh pihak mempelai perempuan, karena pelaksanaan akad nikah tersebut, dirumah mempelai perempuan. Setelah pelaksanaan akad nikah dilaksanakan, maka resmilah kedua mempelai tersebut menjadi suami isteri, tapi menurut adat istiadat sejak dahulu belumlah diperbolehkan calon suami tersebut bersama isterinya, karena menurut adat masih ada acara-acar yang akan dilaksanakan oleh kedua mempelai tersebut, sehingga sampai pada hari peresmian /hari pelaksanaan perkawinan (hari besar).
V. BERTANGAS
Adapun acara yang dinamakan bertangas ini adalah suatu acara yang patut juga dilaksanakan oleh kedua mempelai tersebut ditempat masing-masing, mengenai maksud dari acara ini terutama untuk membersihkan badan / menghilangkan bau keringat yang melekat di badan dan juga untuk mengurangi keluarnya keringat diwaktu masa duduk bersanding dipelaminan. Karena hal ini juga merupakan untuk kesehatan dan kebersihan badan.
Didalam melaksanakan acara ini memerlukan bahan-bahan sebagai berikut :
1. Daun limau purut.
2. Serai wangi
3. Daun pandan
Ketiga bahan tersebut disatukan didalam sebuah pasu (tempat air) yang terisi dengan air panas.
VI. SENGKELAN
Acara sengkelan dilaksanakan satu hari sebelum hari bersanding (hari besar), acara ini merupakan adat salah satu dari acara perkawinan kaum bangsawan di Sintang yang hingga kini masih tetap dilaksanakan. Maksud dari acara sengkelan ini adalah terutama memberikan restu kepada kedua mempelai yang akan melaksanakan perkawinan dan juga untuk menjauhkan gangguan-gangguan dari perbuatan-perbuatan yang jahat selama mereka melaksanakan acara perkawinan tersebut.
Didalam melaksanakan acara sengkelan ini juga diperlukan alat-alat dan bahan-bahan sebagai berikut :
1. Papan Tendai
2. satu gantang beras
3. tiga buah lilin (dian)
4. Darah ayam / kambing
5. Buah kelapa dan daun kelapa yang muda.
Maksud dan tujuan dari alat-alat/bahan-bahan tersebut adalah :
1. PAPAN TENDAI :
Papan tendai dipergunakan untuk duduk kedua mempelai dengan ukuran panjang satu meter, lebat 15 cm, dan dilapisi dengan 7 (tujuh) lapis kain (tujuh warna kain). Adapun Papan Tendai ini melambangkan kedua mempelai tersebut selalu rukun dan seiring dalam kehidupan.
2. SATU GANTANG BERAS.
Ini melambangkan persatuan dan kesatuan diantara keluarga kedua mempelai. Gantang itu adalah suatu wadah penampungan, sedangkan beras itu adalah sifat kerukunan.
3. DIAN ( LILIN ).
Tiga batang dian/lilin ini dinyalakan, dan yang duanya ditiup, masing-masing kedua mempelai meniup satu lilin/dian, sedangkan yang satunya ditiup sama-sama, ini melambangkan seperti api dan seputih lilin inilah berkobarnya rasa cinta dan kasih sayang keduanya serta tegak lurus seperti berdirinya lilin yang rela hancur demi untuk menerangi didalam kegelapan, dan inilah pendirian keduanya.
4. DARAH AYAM / KAMBING
Darah ini dimaksudkan untuk keteguhan jiwa dan keberanian guna menghadapi suatu tantangan didalam mengarungi kehidupan berumah tangga, untuk saat ini darah ayam / kambing jarang digunakan karena darah merupakan hal yang kotor.
5. BUAH KELAPA dan DAUN KELAPA MUDA
Buah kelapa ini melambangkan kebulatan tekad untuk menghadapi cobaan-cobaan, sedangkan air kelapa tersebut menunjukan rezeki yang kekal yang direstui oleh Allah SWT.Sedangkan daun kelapa muda yang berwarna kuning itu adalah menandakan kekekalan dan kejayaan hidup berumah tangga. Kesemua acara sengkelan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh kaum wanita yang sudah tua, sedangkan laki-laki yang tua mengiringi untuk pembacaan do’a bagi kedua mempelai.
VII. BERPACAR ( BERINAI )
Acara ini dilaksanakan pada malam harinya, karena besoknya akan melaksanakan arak-arakan (hari perkawinan). Sebelum acara ini boleh dilakukan oleh kedua mempelai dirumahnya masing-masing, terlebih dahulu acara ini dilakukan oleh arang tua-tua, yang menampilkan tujuh orang tua untuk mewakili memberikan doa restu. Maksud dari acara berpacar / berinai ini adalah untuk merestua keduanya yang telah syah menjadi suami isteri.
Adapun pelaksanaan acara tersebut dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, dan didalam melaksanakan acara tersebut juga memerlukan bahan-bahan sebagai berikut :
1. Daun pacar ( daun inai )
2. Kapur sirih
3. Gambir
4. Arang
5. Asam gandis
6. Nasi.
Kesemuanya ini disatu dan dihaluskan.
VIII. HARI BESAR ( HARI PERKAWINAN )
Yang dimaksud hari besar ( hari perkawinan ), adalah mengantar mempelai laki-laki dari rumah kediamannya menuju kerumah kediaman mempelai perempuan.
Adapun persiapan keberangkatan di rumah mempelai laki-laki untuk menuju kerumah mempelai perempuan adalah berupa satu buah pokok telur yang berbentuk segi empat dengan sebuah tiang ditengahnya dan didalam kotak tersebut diisi dengan nasi nasi ketan (nasi pulut) yang telah dikuningkan serta dihiasi dengan kuning telur yang telah digoreng dan diiris tipis-tipis. Rombongan tersebut dimeriahkan dengan alat musik tradisional ( musik tar ) dan taburan beras kuning sepanjang jalan yang dilewati mempelai laki-laki serta seorang pembawa pedang untuk penebas jalan, dalam arti supaya jalan kehidupannya kelak tidak ada hambatan.
Setelah sampai dirumah kediaman mempelai perempuan, didepan pintu masuk rumah disitu diadakan acara yang dinamakan injak batu telur, yaitu menginjak tanah, batu dan telur, yang pelengkapannya berupa :
1. satu buah dulang
2. satu kepal tanah
3. satu buah batu
4. satu keping besi
5. satu biji telur
6. satu buah lilin
Keenam dari alat-alat tersebut semuanya mempunyai arti yaitu :
a. SATU BUAH DULANG.
Ini adalah suatu wadah penampungan yang menandakan terjalinnya persatuan dikedua keluarga dengan keadaan rukun dan damai.
b. SATU KEPAL TANAH.
Melambangkan kekekalan serta ketetapan untuk membina hidup berumah tangga.
c. SATU BUAH BATU
Ini adalah melambangkan keutuhan dan keuletan untuk mengarungi kehidupan berumah tangga demi mencapai kebahagian.
d. SATU KEPING BESI
Ini melambangkan kekerasan untukmenjalankan perintah agama untuk menjadi keluarga yang sakinah.
e. SATU BIJI TELUR
Ini adalah melambangkan semoga kedua mempelai tersebut mendapat keturunan yang berguna bangsa dan agama serta hormat terhadap dan patuh kepada orang tua dan mempunyai hati yang selalu kasih sayang kepada sesamanya.
f. SATU BATANG LILIN.
Ini adalah melambangkan kecintaan serta kasih sayang antara keduanya seperti putihnya lilin dan kobarnya api.
Setelah melalui acara injak batu telur, maka barulah mempelai laki-laki tersebut dipersilakan masuk kedalam rumah untuk menemui mempelai perempuan,
Sebelum menemui mempelai perempuan , didepan kamarnya/didepan kelambu diadakan suatu acara yang dinamakan atan kelambu untuk ini dari pihak laki-laki harus memberikan salam terlebih dahulu dan kemudian memberikan uang logam ke dalam kelambu yang masih tertutup sebanyak tiga kali beturut-turut dengan tidak menentukan berapa nilai uang tersebut, setelah itu barulah keluarga mempelai perempuan membuka tutup kelambu, didalam kelambu juga diadakan acara yaitu pembatalan air sembahyang dan penyerahan tanda mas kawin (isi kawin) dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan yang disaksikan oleh keluarga kedua mempelai. Setelah acara tersebut dolaksanakan, barulah kedua mempelai menuju ke pelaminan dan duduk bersanding, kemudian diadakan suatu acara yaitu acara makan NASI ADAB.
Adapun acara tersebut adalah telah disediakan tujuh buji nasi (pulut) yang sudah dikepal halus sebesar buah kelereng yang nantinya akan dilaksanakan oleh tujuh orang tua dari kedua belah pihak mempelai dan diberikan kepada kedua mempelai yang sedang duduk bersanding dan kemudian tiap-tiap orang memberikan satu biji nasi tersebut dengan mengatakan “ satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, sidak mali makan nasi adab.. mali “ setelah giliran orang yang ketujuh maka langsung dilanjutkan dengan do’a bersama, adapun maksud dari acara tersebut adalah semoga kedua mempelai selalu seiring dan sejalan, kelembah sama seiring dan kebukit sama mendaki serta pula pahit sama dirasa dan manis sama mengecap. Setelah selesai acara tersebut dilaksanakan, barulah mempersilakan keluarga lainnya untuk memberikan do’a restu kepada kedua mempelai, disinilah keperluan dan peranannya telur yang dibawa oleh mempelai laki-laki yang mana setiap keluarga yang hadir diberikan satu tangkai pokok telur sebagai tanda ucapan terima kasih dari kedua mempelai.
IX. MANDI - MANDI (SIRAMAN)
Sebelum acara mandi-mandi dilaksanakan, untuk beberapa malam sebelumnya diadakan hiburan - hiburan yang dinamakan acara hiburan air setaman, yang menurut adat yang sudah-sudah sekurang-kurangnya waktu hiburan air telah setaman tersebut 5 (lima) - 7 (tujuh) hari, tetapi sekarang telah kita persingkat 1 (satu) - 3 (tiga) hari menurut kemampuan masing-masing.
Yang dinamakan acara air setaman ini adalah sebelum acara mandi-mandi (siraman) dilaksanakan, maka selama 3 (tiga) hari dan 3 (tiga) malam air yang untuk dipakai mandi-mandi diramaikan, yang sebelumnya membaca al-barzanzi setelah selesai barulah diadakan permainan tar (hadrah) dan tarian jepin.
Adapun yang dimaksud dengan air setaman adalah diruangan tengah dihadapan dihadapan pelamin pengantin, disediakan 3 (tiga) - 7 (tujuh) buah belanga ( Tempayan) kecil yang telah diisi dengan air dan beraneka warna bunga-bunga serta diberi wangi-wangian dan juga sekeliling belanga (tempayan) tersebut dihiasi dengan janur ( daun kelapa muda ) dengan berbagai bentuk seollah-olah ruangan pelamin pengantin tersebut seperti sebuah taman permandian, adapun maksud dan tujuan dari hal-hal tersebut ialah semoga kedua mempelai selalu berhati riang dan gembira meskipun nantinya terasa sejuk dan panasnya menjalankan masa kehidupan berumah tangga sehingga dapat dilalui dan dijalankan dengan hati yang tabah dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari segala acara yang telah dilalui, yaitu adalah acara mandi-mandi air setaman yang telah kita paparkan diatas, selain dari air setaman yang telah ada, disiapkan pula barang-barang yang perlu untuk itu seperti :
1. air tepung tawar ( air yang diwarnai putih dengan tepung).
2. cermin dengan 2 (dua) batang lilin dikiri kanannya.
3. satu gulung benang.
4. dua biji telur
5. satu lembar daun kelapa dibuat seperci pancing dan diikatkan dengan setangkai bunga.
6. satu biji buah kelapa muda.
7. satu lembar kain warna putih dan kuning.
Kesemuanya ini mempunyai arti tersendiri seperti yang akan diuraikan dibawah ini sebagai berikut :
1. Air Tepung Tawar ( Air yang diwarnai putih dengan tepung ), Yang dinamakan air tepung tawar adalah air yang telah dicampur dengan tepung sehingga menjadi putih, yang maksud dan tujuannya adalah melambangkan semoga pergaulan dari keduanya selalu rukun terhadap semua keluarga sehingga terjalinlah kekeluargaan yang rukun dan damai yang saling bantu membantu.
2. Cermin dengan dua batang lilin dikiri kananya, adalah melambangkan buruk baiknya sesuatu yang dikerjakan ataupun dilihat, dari itu janganlah selalu mencampuri dan menilai orang lain, tapi cerminkanlah diri sendiri. Sedangkan lilin maksudnya tegakkanlah pendirianmu dan kobarkanlah semangat untuk melaksanakan kehidupan berumah tangga seperti api yang tak kunjung padam, dan buanglkan sifat kekerasan dan ambillah sifat ketenangan ibarat air.
3. Benang, adalah lurusnya jalan dan telah bulatlah tekad keduanya untuk melangkah maju mengarungi kehidupan berumah tangga dan berpikirlah memulai kehidupan baru yang penuh dengan tanggung jawab.
4. Telur, adalah melambangkan semoga keduanya selalu hidup rukun dan damai serta mendapat rezeki dan keturunan yang baik, semoga pergaulan antara suami isteri selalu menurut syari’at agama untuk mencapai keluarga yang sakinah.
5. Daun kelapa dan buahnya serta setangkai bunga, ini adalah peribaratan sejauh-jauh terbangnya bangau akhirnya kembali kekubangan juga,
a. Daun kelapa, ini ibaratkan sebuah pancing untuk mencari rezeki, kemanapun perginya mencari rezeki tapi selalu ingat kepada keluarga yang ditinggalkan.
b. Setangkai bunga, diumpamakan sebagai umpannya pancing, sewaktu-waktu akan mendapat hasilnya, biarpun hasilnya didapat sedikit tapi sisihkanlah untuk keluarga yang ditinggalkan, janganlah hanya bau (berita) yang didengar oleh keluarga, dengan istilah lain, janganlah memakan buah hanya kenyang dipohon.
c. Buah kelapa dan airnya, ini diibaratkan sebagai wadah penampungan rezeki yang selalu didapat oleh kedua suami isteri tersebut, dan air kelapa tersebut adalah rezeki yang telah ada dan janganlah rezeki tersebut disia-siakan, seperti pepatah mengatakan janganlah mengharap guntur dilangait air tempayan di curahkan, dan pakailah istilah berdikit-dikit tekun lama-lama menjadi bukit.
6. Kain, Kain ini yang dibentang diatas kepala kedua mempelai tersebut yang kemudian dicurahkan dengan air, ini adalah dengan maksud janganlah sampai kehujanan, dan carilah serta buatlah tempat untuk berlindung demi untuk masa depan nanti, seperti pepatah mengatakan, sediakan payung sebelum hujan. Disinilah puncak dari maksud acara mandi-mandi tersebut dan berakhirlah masa remaja keduanya dan kini telah menginjak kemasa berumah tangga untuk mengembangkan layar dan mendayungkan bahtera menuju pulau bahagia.
X. B E N A E T ( Sujud kerumah orang tua laki-laki )
Dirumah orang tua laki-laki tersebut juga diadakan satu acara yang dinamakan “ CELOK DATANG “. Adapun acara ini oleh orang tua mempelai laki-laki disediakan ditengah ruangan satu buah batang (tempayan kecil) yang berisikan beras, dan didalamnya selain beras juga disediakan berupa perhiasan berupa gelang ataupun cincin, yang dimaksud adalah sebagai pemberian orang tua dari laki-laki kepada menantu perempuannya.
Yang dimaksud dengan celok datang adalah semoga keberadaan menantu perempuannya nanti jika berada dirumah orang tua dari laki-laki semoga janganlah malu dan ragu mengerjakan sesuatu.
Demikianlah akhir daripada puncak carara, upacara adat perkawinan kaum bangsawan di Sintang.
Terima kasih.
Sintang, JULI 2002
DiKutif oleh :
ADE.M. FERY HARSONO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar