Sebuah tangis yang keluar dari lubuk hati. Sebuah tangis yang menyirami ketidaksadaran hati. Sebagaimana air yang menyiram kelopak-kelopak mawar yang kehausan. Sebuah tangis yang menyapu kecendrungan-kecendrungan hati yang kotor menuju hati yang bersih, sebagaimana air yang menghapus debu-debu yang menempel di cermin. Sebuah tangis yang menguatkan hati agar tidak waswas, cemas, gelisah dan bingung sebagaimana air yang hening di telaga luas. Sebuah tangis yang mengiringi doa yang teramat mulia, yang terucap dalam kerinduan dan harapan.
Selamat idul fitri wahai mata, Maafkanlah aku,
Selama ini kau hanya Kugunakan melihat kilauan comberan semata.
Selamat idul fitri wahai telinga Maafkanlah aku,
Selama ini kau hanya ku sumpali rongsokan-rongsokan kata
Selamat idul fitri wahai mulut Maafkanlah aku,
Selama ini Kau hanya ku jejali dan ku buat memuntahkan kotoran
Selamat idul fitri wahai tangan Maafkanlah aku,
Selama ini kau hanya kugunakan mencakar-cakar kawan dan berebut makanan murahan
Selamat idul fitri wahai kaki Maafkanlah aku,
Selama ini kau hanya kuajak menendang kanan kiri dan berjalan di lorong-lorong kegelapan
Selamat idul fitri wahai akal budi Maafkanlah aku,
Selama ini kubiarkan kau terpenjara sendiri
Selamat idul fitri wahai diri
Marilah kembali menjadi manusia yang suci..!
Akhirnya, Kami mohon maaf lahir dan batin, andaikata terdapat kesalahan dan kehilafan dalam tingkah laku maupun ucapan. Sudilah Saudara/i memaafkannya dengan setulus hati. Dan semoga kita selalu mendapat taufiq dan hidayah dari Allah dan berbahagia dunia sampai di akhirat. InsyaAllah........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar